Dengan menjamurnya ”kegilaan” pada jejaring sosial,tak jarang manfaat
yang kita peroleh darinya, namun tidak sedikit juga madhorot atau paling
tidak kesia-siaan disana.
Dua madhorot diantaranya adalah pamer amal en pamer maksiat.
PAMER AMAL
Mengajak orang berbuat baik en meninggalkan maksiat, ”beramar ma’ruf
nahiymunkar” atau istilah kerennya ”dakwah” adalah baik, sangat baik
bahkan. Danjejaring sosial (JS) dapat dijadikan salah satu fasilitas.
Agar JS tidak meluluberisi kesia-siaan atau bahkan maksiat.
Namun berdakwah via JS bukan berarti dengan memperdengarkan
(baca:memperbacakan) amal-amal kita bukan? Rasanya cukuplah kita mentag
catatan atau mungkin sekedar menulis status berisi nasehat2, memberi
alamat web/blog yang”bagus”, ngasih info2 kajian, seminar/workshop etc
lah pokoknya bermanfaat.
Rasa-rasanya tidak perlu kita menulis ”mau tahajud nih, yuk
tahajud”, ”tilawah dulu ah”, atau kalimat2 semacam itu. Apakah perlu
amal2 kita, kita ceritakan pada orang lain? hati2 riya’ merasuk.
Bukankah lebih baik sebisa mungkin amal2 kita tidak diketahui orang
lain, untuk menjaga keikhlasan kita. Kalaupun ada orang yang tahu -tanpa
kesengajaan kita memperdengarkan or memperlihatkan-Insya Allah tak
masalah, asal kita tetap bisa menjaga keikhlasan kita. Tapi kalau kita
jelas2 menulis seperti kalimat2 diatas, apa bisa dikatakan tanpaunsur
kesengajaan?...
Mari belajar dari cucunda Fatimah (wanita penghulu surga) dan cicit
Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam (manusia paling mulia sepanjang
sejarah), Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali rodhiyallohu 'anh, banyak
orang mengatainya kikir. Padahal dia menghidupi tak kurang dari100
orang di Madinah dan memanggul sendiri bahan makanan ke rumah orang2
dimalam hari, tanpa sepengetahuan orang lain. Hal ini baru diketahui
setelah beliau wafat, karena terdapat bekas di pundaknya dan orang2 tak
lagi menerima santunan bahan makanan.
Ya, Ikhlas, tanpa ingin diketahui orang lain, cukuplah Allah yang tahu, dan tak peduli dengan celaan orang2 yang suka mencela.
Sudahkah kita sedemikian rupa menyembunyikan amalan2 kita kawan, seperti halnyakita menyembunyikan maksiat2 kita??
Masih ingin cari perhatian? Boleh, wajib bahkan, tapi pada Allah saja ^_^
PAMER MAKSIAT
Satu hal lagi yang tak kalah penting untuk kita cermati selain pamer amal,yaitu pamer maksiat.
Buat mereka yang tidak bisa atau tidak punya nyali untuk
mencaci-maki (dengan kata-kata kotor) orang yang dibencinya langsung
didepan hidungnya, tak kehabisan akal, JS dijadikan alternatif,
pengecutkah ini kawan?
Yang suka memakan bangkai (baca: ghibah), ketika tak menemukan
partner didunia nyata untuk menggosip, beralihlah dia ke dunia maya, JS,
dan tak jarang banyak yang nimbrung menanggapi, tetap seru, meski beda
media.
Kawan Mungkin terkadang kita lupa, kata2 yang kita tebar di JS tidak
hanya kitadan lawan bicara kita yang membaca, tapi ratusan bahkan
ribuan pasang mata.
Yang tak kalah buruk, mereka yang sedang atau habis bermaksiat, yang
sebenarnya tidak diketahui orang lain (Alhamdulilah, Allah menutupi
aibnya) eeeeh kok bisa2nya dicerita2kan, bukan hanya ke satu dua orang
tapi ratusan atau bahkan ribuan orang. Berbagai macam modelnya; ”lagi
berduaan ma pacar”lah (aslinya ber3, setannya ga dihitung) , ”habis
nonton konser musik”lah, dan kalimat2 sejenis.
Padahal Rasul sudah mengingatkan kita untuk menutupi maksiat2 kita
”Jauhilahperbuatan kotor yang telah dilarang Allah. Barangsiapa tertimpa
darinya,hendaklah ia menutupinya selama Allah menutupinya dan
bertaubatlah kepadaAllah” (HR. Hakim)
Rasa malupun seakan lenyap, padahal sebagai seorang muslim
selayaknya kitamemiliki rasa malu, termasuk malu membeberkan maksiat2
kita. Rasulullah sawbersabda ”Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal
orang-orang dari ucapannabi-nabi terdahulu adalah : Jika engkau tidak
malu perbuatlah apa yang engkausuka” (HR. Bukhori)
Kawan, jangan sampai dosa kita menjadi berlipat2 karena kita beberkan maksiat2 kita.
Sebagai manusia biasa tentu kita tidak luput dari maksiat, tapi
bukan berarti maksiat itu lalu kita ekspose bukan? Lebih2 jika Allah
sudah menutup maksiat itu,pantaskah kita membuka tabir itu?
Sudahkah kita sedemikian rupa menyembunyikan maksiat2 kita kawan, sepertihalnya kita menyembunyikan amal2 kita??
So, manakah yang lebih baik diantara kedua hal diatas, pamer amal
atau pamermaksiatkah?? Tidak perlu dijawab, karena yang terbaik diantara
yang buruk,tetap saja predikatnya buruk.
Semoga kita semua –khususnya saya- semakin arif memanfaatkan JS.
Mari tutup obrolan kita dengan perkataan Ibnu Mubarak ”Aku
mencintaiorang-orang shalih, meski aku bukan termasuk di antara mereka.
Aku bencipecandu maksiat, meskipun mungkin aku lebih buruk dari mereka.”
Title : PAMER AMAL VS PAMER MAKSIAT
Description : Dengan menjamurnya ”kegilaan” pada jejaring sosial,tak jarang manfaat yang kita peroleh darinya, namun tidak sedikit juga madhorot atau pa...