Merdeka.com - "Saya yakini bahwa karya guru-guru akan membentuk
wajah masa depan. Kualitas masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh
para guru."
Demikian kata Presiden Jokowi soal profesi mulia ini. Dalam peringatan Hari Guru tahun 2015, Jokowi juga menyampaikan guru adalah agen perubahan karakter suatu bangsa.
Begitu
beratnya peran guru dalam sebuah bangsa. Namun banyak di antara mereka
yang belum dapat hak semestinya. Sebagian besar hidup sebagai honorer,
sekadar dibayar untuk menyambung hidup. Sebagian lagi bertugas di
pedalaman. Mengayuh sampan atau berjalan berkilo-kilo meter demi
mengajar anak didiknya.
70 tahun merdeka, pendidikan Indonesia
masih jauh kata ideal. Dalam beberapa survei internasional, Indonesia
tertinggal sangat jauh dari Singapura.
Pendidikan di Indonesia
masih berputar bagaimana menciptakan manusia yang bisa bekerja selulus
sekolah. Bukan untuk membuat karya-karya besar di masa depan.
Rangking
di sekolah adalah hal nomor satu. Siswa-siswa berlomba untuk
mengejarnya. Orangtua mereka memanaskan persaingan ini, dengan aneka les
dan pengajar privat. Guru-guru juga dipaksa untuk mencetak siswa-siswa
terbaik yang mampu mengangkat nama sekolah mereka.
Sekolah
menjadi seperti perusahaan. Semuanya bertujuan pada hasil, bukan
bagaimana proses membentuk seorang manusia. Dalam beberapa kasus, guru
membantu murid mereka berbuat curang agar lulus Ujian Nasional.
Sebagai
siswa mereka lulus, tapi sebagai manusia apakah mereka layak dinyatakan
lulus? Apakah ada jaminan murid-murid itu tak mengulangi kecurangan
mereka di masa depan?
Jenderal Hoegeng, si polisi jujur pernah berkata. "Menjadi orang penting itu baik. Tapi lebih penting lagi menjadi orang baik."
Sayangnya budi pekerti bukan hal utama yang diajarkan dalam pendidikan di Indonesia.
Pendidikan
di Finlandia diakui sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Kuncinya
adalah mengembangkan potensi setiap siswa. Para pelajar dirangsang untuk
punya keingintahuan yang tinggi untuk selalu menemukan hal-hal baru.
Metode pengajaran berlangsung dinamis melalui permainan, bahkan memasak
dan menjahit.
Cara belajar seperti ini tengah dikembangkan di
sekolah-sekolah swasta yang mahal. Sayangnya tak semua punya kesempatan
mencicipi sistem pendidikan modern seperti ini.
Padahal lebih seratus tahun lalu, Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara
sudah punya konsep soal pendidikan seperti ini. Pendiri Taman Siswa ini
membangun pendidikan yang memanusiakan manusia dan membuat manusia bisa
menguasai dirinya sendiri. Ki Hajar Dewantara
menawarkan sistem mengajar yang dinamakan sistem among. Menyokong
kodrat alam anak-anak didik, bukan dengan perintah dan larangan. Tetapi
dengan tuntunan dan bimbingan, sehingga perkembangan fisik dan batin
anak tersebut dapat tumbuh sesuai potensinya. Inilah yang dipakai
sebagai kunci pendidikan negara maju.
Di depan memberi teladan,
di tengah membangun kekuatan, dan di belakang memberi dorongan. Tapi
kita seolah lupa dengan semua itu. Di depan korupsi, di tengah menyikut dan di belakang mencaci-maki. Sungguh, kita lupa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara.
Title : Ki Hajar Dewantara, guru dan wajah pendidikan Indonesia
Description : Merdeka.com - "Saya yakini bahwa karya guru-guru akan membentuk wajah masa depan. Kualitas masa depan bangsa Indonesia ditentukan ...