A. Pengertian Prestasi
Sebelum membicarakan pengertian prestasi
belajar, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikan pengertian
belajar. Dalam hal ini Ngalim Purwanto (1992: 85) mengemukakan pendapat
mengenai pengertian belajar yaitu sebagai berikut:
- Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi
juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
- Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar,
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
- Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus merupakan
akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama
periode itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan
itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin
berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun.
- Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian maupun psikis.
Sementara itu Slameto (1995: 2)
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tungkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Sedangkan Sardiman A.M. (1996: 231)
berpendapat bahwa belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,
psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang
berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif
dan psikomotor.
Hal ini senada dengan Witherington yang
dikutif oleh Usman Effendi dan Juhaya S. Praja (1989: 103) bahwa belajar
adalah suatu perubahan dalam kepribadian, sebagaimana yang dimanfaatkan
dalam perubahan penguasaan pola-pola respon atau tingkah laku yang
baru, yang ternyata dalam perubahan keterampilan kebiasaan, kesanggupan
dan pemahaman.
Dalam hal ini Moh. Uzer Usman (1999: 34)
memberikan batasan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lainnya
serta individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau
interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan
perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman-pengalaman itu sendiri. Perubahan tersebut akan nampak dalam
penguasaan pola-pola respons yang baru terhadap lingkungan berupa
keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, kecakapan dan sebagainya.
Sedangkan pengertian prestasi di sini, bila ditinjau dari segi bahasa prestasi itu berasal dari bahasa Belanda yaitu prestase. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang memiliki arti hasil usaha
(Zainal Arifin, 1991: 2) hal ini senada dengan pendapat Nana Sudjana
(1990:22) prestasi adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dan dalam belajar, prestasi
merupakan hasil raihan usaha dalam mempelajari suatu ilmu yang lazimnya
ditunjukkan dengan perolehan nilai tes. Sementara itu, Poerwadarminta
(1974:768) memberikan istilah bahwa prestasi adalah hasil yang telah
dicapai.
Pada prinsipnya pengungkapan hasil
belajar ideal, meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai
akibat pengalaman dan proses belajar siswa (Muhibbin Syah, 1995:150).
Namun pengungkapan hasil belajar melalui tiga aspek psikologis manusia
yang menurut Bloom terdiri dari ranah kognitif (ranah cipta), ranah afektif (ranah rasa) dan ranah psikomotor
(ranah karya). Ketiga ranah tersebut sulit dilakukan dalam rangka
mengukur hasil belajar, tetapi kita dapat mengukur aspek-aspek tersebut
apabila telah diketahui indikator-indikator dari jenis-jenis prestasi
tersebut di atas.
Pengungkapan hasil belajar yang
berorientasi pada kemampuan intelektual atau menekankan ranah cipta
seseorang disebut sebagai pengungkapan prestasi. Menurut Nana Sudjana
(1995:49-50) hasil belajar tersebut akan nampak dalam perubahan tingkah
laku, yang secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan melalui
tujuan pengajaran ranah kognitif merupakan ranah terpenting
dalam belajar, yang menurut Muhibbin Syah (1995: 82) ranah kognitif
merupakan ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak dan merupakan
sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya.
Dengan demikian, prestasi dapat dipahami
sebagai hasil yang dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu yang
disimbolkan dalam bentuk nilai atau angka. Prestasi ini diperoleh dari
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Jadi, antara belajar
dengan prestasi merupakan kesatuan yang bulat, karena tidak akan ada
prestasi jika tidak ada proses belajar, dan belajar itu sendiri pada
dasarnya merupakan proses untuk mencapai prestasi.
B. Indikator Prestasi
Prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam memberikan andil terhadap hasil
belajar. Hal ini dapat terungkap setelah diketahui indikator-indikator
dari prestasi belajarnya, yang meliputi tiga ranah, ketiga ranah
tersebut adalah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun, dalam penelitian ini penulis menspesifikasikan hanya pada prestasi kognitif saja.
Tipe (indikator) hasil belajar kognitif
berdasarkan teori Bloom yang dikutip oleh Uzer Usman (2000:34) meliputi
ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini mengenai indikator-indikator
dalam prestasi kognitif sebagai berikut:
1. Ingatan
Ingatan mengacu kepada kemampuan mengenai
atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai
pada teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat
keterangan dengan benar. Cara pengungkapannnya dapat melalui pertanyaan,
tugas dan tes.
Tipe hasil belajar ini termasuk tipe
tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya. Namun
demikian, tipe ini merupakan prasyarat untuk menguasai atau mempelajari
tipe hasil belajar selanjutnya.
2. Pemahaman
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi
satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman
memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Oleh
karena itu, diperlukan adanya hubungan atau peraturan antara konsep
dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Ada tiga macam pemahaman
yang sudah umum berlaku.
Pertama, adalah pemahaman
terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung didalamnya
misalnya, memahami kalimat bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia,
mengartikan lambang negara dan lain-lain.
Kedua, adalah pemahaman
penafsiran, misalnya memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang
berbeda, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok. Dan
Ketiga, adalah pemahaman
ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat
dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluaskan wawasan. Kata-kata
operasional untuk merumuskan tujuan instruksional dalam bidang pemahaman
antara lain, membedakan, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan,
memperkirakan, memberi contoh, mengubah, membuat rangkuman, menuliskan
kembali serta menuliskan dengan kata-kata sendiri.
3. Penerapan
Penerapan mengacu kepada kemampuan
menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi
yang baru dan menyangkut penggunaan aturan prinsip. Misalnya, memecahkan
suatu masalah dengan menggunakan suatu rumus tertentu (Tabrani Rusyan,
1989: 22).
Tingkah laku untuk merumuskan tujuan
instruksional pada aplikasi ini, yang menurut Nana Sudjana (1989:51)
adalah dengan menggunakan kata-kata menghitung, memecahkan,
mendemonstrasikan mengungkapkan, menjalankan, menggunakan,
menghubungkan, mengerjakan, mengubah, menunjukan proses serta
mengurutkan uraian dan lain-lain.
4. Analisis
Analisis adalah merupakan pemeriksaan dan
penilaian secara teliti, indikatornya yaitu dapat menguraikan, dapat
mengklarifikasikan atau dapat memilah-milah (Muhibbin Syah, 1995:151)
cara mengevaluasikannya adalah dengan memberikan tes tertulis dan
pemberian tugas.
W.S. Winkel mengungkapkan bahwa yang
dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adakalanya kemampuan ini
dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau
komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan atau relasi antara
bagian-bagian tersebut.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka
dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar analisis adalah
kesanggupan memecahkan, mengurai suatu integrasi (kesatuan yang utuh)
menjadi unsur-unsusr atau bagian-bagian yang mempunyai tingkatan
analisis. Analisis merupakan hasil belajar yang kompleks yang
memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan,
pemahaman dan aplikasi. Analisis dapat diperlukan bagi para siswa untuk
memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi, yaitu sintesis dan evaluasi.
5. Sintesis
Dalam hal ini Nana Sudjana (1985:52)
mengemukakan bahwa sintesis adalah lawan analisis, bila pada analisis
tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian
yang bermakna, sedangkan pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan
unsur atau bagian menjadi satu intergritas. Dalam sintesis ini
memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Pada
tahapan berfikir secara sintesis adalah berfikir devergent sedangkan berfikir analisis adalah berfikir konvergent.
Dengan sintesis dan analisis maka berfikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif)
akan lebih mudah dikembangkan. Beberapa tingkah laku operasional
biasanya tercermin dalam kata-kata, mengkategorikan, menghubungkan,
menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkonstruksi,
mengorganisasi kembali, merevisi, menyimpulkan, mensistematisasi dan
lain-lain.
6. Evaluasi
Istilah evaluasi menurut Ahmad Tafsir
(1992:39) adalah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui hasil
pengajaran pada khsusunya, hasil pendidikan pada umumnya. Tipe hasil
belajar ini dikategorikan paling tinggi karena terkandung didalamnya
semua hasil belajar ranah kognitif.
Sementara W.S. Winkell (1996:247)
menjelaskan bahwa yang dimaskud hasil belajar evaluasi adalah kemampuan
untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal,
selaras dengan pertanggungjawaban pendapat tersebut, yang didasarkan
pada kriteria tertentu.
Tingkah laku operasional dilukiskan dalam
kata-kata, menilai, membandingkan, mempertimbangkan, menyarankan,
mengkritik, menyimpulkan, mendukung, serta memberikan pendapat dan
lain-lain.
C. Faktor-faktor Yang dapat Menumbuhkan Prestasi Belajar
Dalam mengantisipasi perkembangan ilmu
pengetahuan para ahli pendidikan senantiasa memperbincangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa.
Menurut Suharsimi Arikunto (1993:21)
secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil (prestasi)
belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu yang bersumber dari dalam
diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal, dan
faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut
sebagai faktor eksternal. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
- Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor biologis dan faktor
psikologis. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain
usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan yang dapat dikategorikan
sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, minat dan
kebiasaan belajar.
- Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua juga, yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda dan lingkungan fisik.
Hal ini senada dengan pendapat Ngalim
Purwanto (1995:102) yang berpendapat, bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan. Pertama, faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Kedua, faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial.
Jika kedua pendapat tersebut
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada
dua bagian, maka Muhibbin Syah (1995:132) mengklasifikasikannya pada
tiga bagian yaitu:
- Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani mereka.
- Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) yakni keadaan/kondisi disekitar mereka.
- Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi stategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.
Dari dua pendapat di atas, maka dapat di
simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,
baik dua maupun tiga bagian pada hakekatnya tidak jauh berbeda. Jika
Suharsimi Arikunto menitik beratkan pada segi yang berkaitan dengan diri
siswa, sementara Muhibbin Syah lebih menekankan pada aspek interaksi
belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dipahami bahwa selain pendekatan belajar yang diupayakan siswa dan
kondisi mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah bagaimana kondisi
fisik dan psikologis siswa. Di antara kondisi psikologis yang
mempengaruhi prestasi belajar suatu pelajaran ataupun hal lain yang
berhubungan dengan belajar mengajar akan banyak mempengaruhi prestasi
belajar siswa.
Dengan demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perstasi belajar siswa meliputi:
- Faktor internal
- Aspek fisiologis/biologis, usia, kematanagan dan kesehatan
- Aspek psikologis intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi suasana hati
- Faktor eksternal
- Manusia, lingkungan, sekolah dan sosial
- Non manusia (non sosial), udara, suara, bau-bauan, sarana gedung sekolah, tempat tinggal dan sebagainya.
- Faktor pendekatan belajar.
- Pendekatan tinggi (speculative and achieving)
- Pendekatan sedang (analitic and deep)
- Pendekatan rendah (reproductive and surface)
Dari uraian di atas, maka dapat di pahami
bahwa proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang sanagt
kompleks, berbagai faktor mempengaruhinya dan berbagai cara di tempuh
untuk mencapai prestasi yang baik. Untuk mencapai prestasi di sekolah
tidaklah mudah, karena bukan hanya ditunjang oleh intelegensi yang
tinggi saja, akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya.
Dalam proses belajar mengajar khususnya
di kelas selalu terkait dengan guru, hubungan sosial, keadaan sekolah
yang kesemuanya itu akan turut mempengaruhi terhadap proses belajar
mengajar yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap prestasi belajar
siswa.