Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang digunakan dalam proses
pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam sebagai pedoman umat manusia
khususnya umat Islam.
Pendidikan adalah segala upaya , latihan dan sebagainya untuk menumbuh
kembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia baik secara
mental, moral dan fisik untuk menghasilkan manusia yang dewasa dan
bertanggung jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur.
Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang
berlandaskan ajaran Islam yang mencangkup semua aspek kehidupan yang
dibutuhkan manusia sebagai hamba Alloh sebagaimana Islam sebagai pedoman
kehidupan dunia dan akhirat.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan manusia yang
semakin bertambah dan luas, maka pendidikan Islam bersifat terbuka dan
akomodatif terhadap tuntutan zaman sesuai norma-norma Islam.
A. PENTINGYA TEORISASI PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan merupakan upaya untuk pembudayaan manusia untuk
merngembangkan potensinya secara optimal yang dalam pelaksanaannya
sangat bergantung pada sang pendidik. Sehingga mereka dituntut untuk
memenuhi semua persyaratan sebagai seorang pendidik yang ideal.
Sedangkan faktor pembawaan anak merupakan sasaran utama oleh para
pendidik.
Teori adalah suatu konsep pemikiran manusia yang disusun secara
sederhana tentang suatu bidang kehidupan yang tersusun berdasarkan
fakta-fakta yang saling berkaitan dan mendukungnya. Sehingga menjadi
suatu produk pemikiran yang teruji dengan praktek yang berhubungan
dengan berbagai variabel.
1. Landasan Dasar Pengembangan Teorisasi Pendidikan Islam
a. Hakikat pendidikan adalah segala upaya dan usaha untuk menjadikan manusia dewasa sesuai tujuan pendidikan
b. Azas pendidkan Islam adalah perkembangan dan pertumbuhan dalam
perikehidupan yang seimbang dalam semua seluk beluk kehidupan secara
adil, merata, menyeluruh dan integral.
c. Model dasar pendidian Islam adalah kemampuan dasar untuk berkembang dari setiap individu sebagai karunia Tuhan.
d. Sasaran pendidikan Islam adalah mengintegrasikan iman dan takwa
dengan ilmu pengetahuan dalam pribadi manusia untuk mewujudkan
kesejahteraan dunia-akhirat.
2. Persyaratan Ilmiah
Persyaratan ilmiah ilmu pendidkan Islam adalah memiliki objek yang
jelas, pandangan, teori, dan hipotesis yang bersumber ajaran Islam,
metode analisa yang bernafaskan Islam, dan struktur keilmuan definitif
yang satu sama lain saling berkaitan sebagai ilmu yang mandiri.
3. Tugas Fungsi Ilmu Pendidikan
a. Melakukan pembuktian terhadap teori-teori ilmu pendidikan Islam
b. Memberikan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspek bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Sebagai pengoreksi terhadap kekurangan teori-teori ilmu pendidikan Islam.
4. Hubungan Teori dengan Fakta
a. Teori menetapkan adanya hubungan fakta yang ada.
b. Teori mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur dari konsep-konsep.
c. Teori harus dapat mengikhtisarkan fakta dan menerangkan sejumkah besar fakta.
d. Teori harus dapat meramalkan fakta
e. Teori harus dapat menunjukkan kebutuhan-kebutuhan untuk dikembangkan penelitian secara lebih lanjut.
B. HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
Berangkat dari pengertian pendidIkan Islam, secara teori berarti memberi
makan kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohani
sesuai ajaran Islam baik melalui lembaga atau sistem kurikuler.
Sedangkan tujuan fungsionalnya adalah potensi dinamis manusia yaitu
keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak dan pengalaman. Sebagai lingkaran
proses pendidikan Islam yang akan mengantarkan manusia sebagai hamba
Alloh yang mukmin, muslim, muhsin, dan mushlihin mutaqin.
Sedangkan objek pendidikan Islam adalah menyadarkan manusia sebagai
makhluk individu yang diciptakan Tuhan yang paling sempurna dan lebih
mulia dari makhluk lain (QS. As-Shaad: 71-72), memiliki kedudukan yang
lebih tinggi (QS. Al-Isra’: 70). Disamping itu manusia diberi beban
tanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat (QS. Al-Isra’: 15).
Sejalan hal itu, menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial yang harus
mengadakan interelasi (QS. AL-Anbiya’: 92), berinteraksi, gotong-royong
dan bersatu (QS. Al-Imran: 103), bersudara (QS. Al-hujurat: 10), tanpa
membedakan berbagai perbedaan baik bahasa atau warna kulit (QS. Ar-Ruum:
22).
Disamping itu juga tidak melupakan bahwa manusia sebagai hamba Alloh
yang diberi fitrah untuk beragama. Sehingga watak dan sikap religiusnya
perlu dikembangkan agar mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya sesuai
firman Alloh dalam surat Al-An’am: 102-103.
C. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan pendidikan Islam secara instruksional adalah:
a. TIK, mengarahkan anak untuk menguasai suatu ilmu khusus
b. TIU, mengarahkan anak untuk menguasai semua ilmu secara umum sebagai kebulatan
c. Kurikuler, agar mencapai garis besar program pengajaran di institusi pendidikan
d. Institusional, tujuan yang harus dicapai menurut program pendidikan di setiap intitusi
e. Umum atau nasional, cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui pendidikan formal/ non-formal.
Sedangkan berdasarkan tugas dan fungsi manusia secara filosofis adalah:
a. Individu, belajar mempersiapkan manusia untuk hidup dunia dan akhirat
b. Sosial, berhubungan dengan kehidupan manusia dengan masyarakat
c. Profesional, menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi sebagai kegiatan di masyarakat.
Tujuan dalam proses pendidikan Islam adalah cita-cita yang mengandung
nilai-nilai Islam yang ingin dicapai berdasarkan ajaran Islam secara
bertahap. Membentuk manusia dewasa yang berakhak mulia, mengembangkan
potensi mengintegrasikan ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan dunia
akhirat.
Tujuan keagamaan pendidikan Islam adalah berorientasi pada kebahagiaan
akhirat , dengan cara melaksanakan syariat Islam melalui pendidikan
spiritual, misalnya (QS. Al-A’laa: 14-17) tentang kehidupan akhirat
adalah lebih penting. Sedangkan tujuan keduniaan adalah pendidikan
berorientasi pada kepentingan dunia sebagaimana firma Alloh QS.
Al-Jumu’ah: 10
Jika dihubungkan dengan filsafat pendidikan Islam maka ilmu pendidikan
Islam bertugas menganalisa secara mendalam tentang masalah-masalah
pendidikan sekaligus penyelesaiannya. Ilmu pendidikan tidak hanya
melandasi tugasnya dengan teori-teori tapi juga fakta empiris dan
praktis yang di dalam masyarakat. Sehingga nantinya terjadi interaksi
antara ilmu pendidikan Islam dengan masyarakat yang saling mengisi satu
sama lain. Ilmu pendidikan Islam membutuhkan landasan yang ideal,
rasional, universal dan sistematik tentang hakikat pendidikan.
Filsafat pendidikan berorientasi pada seluruh aspek pendidikan secara
obyektif untuk kebutuhan manusia secara mendasar. Maka filsafat
pedidikan Islam berusaha menunjukan kemana arah pendidikan akan dibawa.
Dengan ciri filsafat yang radikal, universal dan sistematis akan
mengahasilkan pemikiran tentang manuisa yaitu sebagai individu, sosial,
dan moral yang mengarah pada hubungan manusia dengan tuhan secara
vertikal, dengan masyarakat secara horisontal dan dengan alam.
D. IMPLIKASI AL-QUR’AN TERHADAP PENDIDIKAN
Banyak sekali ayat al-Qur’an yang mengandung implikasi pendidikan.
Diantaranya adalah surat al-Imran: 190-191, ad-Dukhan: 38-39,
al-Anbiya’: 16-18, dan masih banyak lagi. Dari ayat –ayat ini dapat
ditarik kesimpulan tentang azas gerakan alam semesta sebagai
sunnatulloh, yaitu:
1. Menyeluruh (holistik): semua ciptaan Alloh yang maujud dipandang
memiliki makna dalam suatu keseluruhan bagi manusia. Untuk itu
pendidikan memerlukan sistem yang menyeluruh baik dalam kelembagaan
maupun metode yang digunakan sehinga akan lahir sistem “satu untuk
semua”
2. Kesatuan (integral): semua ciptaan Alloh dalam alam semesta dipandang
selalu dalam satu sistem kesatuan yang saling berhubungan menggerakkan
dan memperkokoh dan bermakna. Semua bekerja secara mekanis menurut
fungsinya tanpa ada yang terlepas. Jika ada yang terlepas satu saja maka
keseimbangan alam akan rusak dan hilang. Demikian juga dengan
pendidikan, semua aspek pendidikan harus bekerja secara bersama agar
tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan.
3. Perkembangan, semua ciptaan Tuhan baik makro/mikro mengalami
perkembangan secara bertahap menuju arah kesempurnaan dan kematangan.
Maka administrasi pendidikan membentuk lembaga pendidikan secara
berjenjang mulai dari pra-dasar hingga perguruan tinggi.
4. Pendidikan seumur hidup, dengan konsep ini akan membuat kerangka
berfikir memikirkan jauh kedepan tentang pendidikan dan kehidupan anak
didik.
Berdasarkan filsafat pendidikan Islam yang membahas tentang ontologi,
epistemologi dan aksiologi maka dapat disimpulkan pola dasar pendidikan
Islam:
1. Segala fenomena alam adalah ciptaan Tuhan dan tunduk kepada hubungan
mekanisme sebagai sunnatuloh. Maka manusia harus dididik agar bisa
menghayati segala fenomena alam sehingga bisa menanamkan rasa iman dan
takwa
2. Manusia sebagai makhluk palimg mulia dibanding makhluk lain menjadi
khalifah. Maka ia dibekali ilmu agar bisa memberdayakan bumi dengan
ilmunya untuk kemaslahatan umum sesuai tuntunan Tuhan.
3. Manusia sebagai makhluk sosial yang cenderung untuk berkumpul,
berinteraksi dengan orang lain dan membentuk suatu tali persaudaraan.
4. Manusia sebagai makhluk moralitas yang cenderung untuk memeluk agama.
Pendidikan seumur hidup sebagai dasar proses pendidikan sebagai konsep
pemikiran yang berorientasi pada keimanan dan akhlak yang terpadu
membentuk dan mewarnai pendidikan Islam.
Strategi pendidikan Islam merupakan sesuatu yang vital dalam
melaksanakan pendidikan Islam. Maka strategi yang mantap diperlukan
dalam proses pendidikan Islam sesuai situai dan kondisi sehingga tidak
ditemui hambatan internal maupun eksternal. Strategi yang baik adalah
jika bisa melahirkan metode yang baik. Beberapa ayat al-Qur’an tentang
strategi pendidikan Islam antara lain, QS. Al-Qosos: 77 (keseimbangan
dunia akhirat serta berbuat baik), al-Mujadalah: 11 (derajat bagi orang
beriman dan berilmu), al-Jumu’ah: 2 (membersihkan hati), al-Qolam: 4
(budi pekerti luhur), dan As-Syura: 52 (menunjukkan jalan yang lurus).
E. FITRAH MANUSIA DALAM PENDIDIKAN
Beberapa penafsiran tentang fitrah antara lain:
1. Potensi dasar yang tidak dapat diubah (nativisme) yaitu potensi untuk beragama.
2. Bersifat netral, perkembangan anak didik harus dipengaruhi dari luar
(empirisme). Jadi pendidikan sangat mempengaruhi diri seorang anak. Hal
ini sesuai dengan surat An-Nahl : 78 (hidayah), al-Alaq: 3-4 (manusia
harus belajar dan menghayati baik secara formal maupun non-formal dan
dengan alam semesta).
3. Konvergensi, mengintegrasikan antara fitah yang bersifat alami dengan faktor luar (pendidikan).
Komponen psikologi dalam fitrah yang berpotensi yaitu:
a. Kemampuan dasar untuk beragama
b. Bakat dan kecenderungan yang mengacu pada keimanan kepada Alloh
c. Naluri dan wahyu bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan
d. Kemampuan dasar beragama secara umum, bukan Islam saja
e. Kondisi jiwa yang bersih, terbuka terhadap pengaruh luar, sedangkan pengadaan reaksi bukan berasal dari fitrah.
Fitrah menurut Al-Ghazali:
1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh
aspek secara mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju
kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan rresponsif
terhadap pengaruh luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu,
karakter dan intuisi.
F. METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Metodologi dalam pendidikan mempunyai tugas dan fungsi memberi cara yang
baik untuk pelaksanaan operasional pendidikan Islam. Metodologi harus
sejalan dengan substansi dan tujuan ilmu pengetahuan induknya. Dan dalam
penerapannya bersumber pada al-Qur’an dan Hadits yang meliputi:
1. Al-Qur’an menunjukkan fenomena bahwa firman Alloh sesuai dengan
sasaran dan tempat yang dihadapi. Alloh memberikan metode pengajaran
alternatif yaitu pilihan dan setiap individu berbeda kemampuannya.
2. Alloh mendidik manusia disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
3. Bersifat multi approach, yaitu melalui pendekatan religiuss, filosofis, sosiokultural dan scientific.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia tercermin dalam al-qur’an yang bersifat derifatif yaitu:
1. Mendorong manusia untuk memikirkan kehidupannya sendiri dan alam sekitar
2. Mendorong manusia untuk megamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari
3. Mendorong berjihad
4. Suasana pendidikan yang sesuai dengan tempat dan waktu
5. Metode pembuatan kelompok
6. Metode instruksional
7. Metode bercrita (QS. Yusuf: 111, QS. Al-Maidah: 27-28)
8. Metode bimbingan dan penyuluhan (QS. Yunus: 57, QS. An-Nisa’: 58, Al-Luqman: 13 dan QS. Al-Imran: 159)
9. Memberi contoh dan teladan (QS. Al-Ahzab: 21, 67-68)
10. Diskusi (An-Nahl: 125, Al-Ankabut: 46)
11. Tanya jawab (QS. An-Nahl: 43)
12. Perumpamaan (QS. Ar-RA’d: 17, Ibrahim: 24-26, Al-Ankabut: 41)
13. Targhib dan tarhib (QS. Al-Zalzalah: 7-8, Al-Fushilat: 46)
14. Tobat dan ampunan (QS. An-Nisa’: 110, Al-Maidah: 39)
G. INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM
Institusi dalam pendidikan Islam bermula dari halaqoh-halaqoh yang
dibuat Nabi kemudian seiring dengan perkembangan zaman lahirlah
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari yang paling sederhana sampai yang
paling lengkap sehingga menunjang keintektualitas peserta didik
Lembaga–lembaga itu memiliki berbagi aspek yang harus dipenuhi sebagai
sarana untuk mencetak manusia muslim yang sejati. Diantaranya adalah
pendidik, kurikulum, sarana pendidikan dan sebagainya.
Secara filosofis ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses
pendidikan yang di dasari nilai-niai Islam yang bersumber al-Qur’an dan
Sunnah. Dengan pikirannya, manusia diperintahkan untuk menggali
nilai-nilai di dalam al-Qur’an dan Sunnah tentang ilmu pengetahuan.
Karena dengan ilmu pengetahuanlah manusia bisa memahami fenomena alam
sekitarnya sehingga menjadi bekal dalam menjalani hidup sebagai hamba
Alloh dan khalifatulloh. Dan dengan pengetahuan dan teknologi yang
dimikinya manusia disuruh untuk memahami alam semesta sejauh kemampuan
rasionya.
Dalam operasionalnya ilmu pendidikan Islam berorientasi pada pemahaman
kepada Alloh yang maha mengetahui sebagai sumber dari segala ilmu
pengetahuan. Selain itu adalah pengembangan kehidupan sosial dalam
masalah muamalah dengan masyarakat. Dan pengembangan alam sekitar yang
memiliki kekayaan untuk digali dan diolah untuk kesejahteraan
dunia-akhirat.
H. MODEL PENDIDIKAN ISLAM
Model ilmu pendidikan Islam secara teoritis berbicara aspek filosofis,
epistemologi, dan pedagogis yang dalam operasionalnya berorientasi pada
berikut:
1. Materi disesuaikan dengan tuntutan sosiokultural masa kini. Materi
kurikulum mengandung tantangan untuk berfikir kritis dan pelajaran tajam
sebagi pendorong berfikir kritis ilmiah menuju perkembangan pribadi
muslim yang harmonis sesuai tuntunan Tuhan dan masyarakat.
2. Pendidik menganggap anak didik sebagai sumber pengetahuan, subjek dan partner dalam proses belajar mengajar.
3. Peserta didik melakukan dialogis dengan berbagai pihak dalam proses
belajar mengajar dan menghayatinya kemudian merevisi sikap pandangannya
sendiri.
a. Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Sistem:
1. Secara sistemik manusia dipandang sebagai makhluk integralistik
2. Secara pedagogis pendidikan Islam sebagai pengembang potensi dasar
secara integral antara rohani dan jasmani untuk membentuk manusia
muslim.
3. Secara institusional pendidikan Islam adalah bentuk pendidikan yang bejenjang
4. Secara kurikuler pendidikan Islam mengarahkan seluruh komponen dan
faktor-faktor pendukung pendidikan untuk mewujudkan cita-cita Islami.
b. Pendekatan Pedagogis dan Psikologis
Dengan pendekatan ini pendidikan menganggap manusia sebagai makhluk yang
sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara
jasmani dan rohani. Menurut para pemikir pendidikan baik muslim atau
non-muslim potensi dasar yang dimiliki anak yang dan berkembang ini
hanya dapat dilakukan dengan proses pendidikan. Dimana pendidikan adalah
mengarahkan dan melatih peserta didik untuk mewujudkan cita cita Islami
yaitu mencetak pribadi muslim yang memiliki intelektualitas tinggi dan
berbudi luhur.
Pendekatan sistem ini menganalisis lima unsur pendidikan yaitu:
1. Pendidik, dalam hal ini seorang pendidik harus memenuhi sebagai
seorang pendidik yang ideal. Dia harus matang dalam hal keilmuan,
akhlak, dan sebagainya sebagai penunjang untuk menjadi pendidik yang
berkualitas. Karena dialah yang akan menentukan akan jadi apa peserta
didiknya nanti disamping potensinya sendiri yang akan menentukan
hidupnya. Tapi sedikit banyak seorang guru akan memiliki pengaruh kepada
sang murid.
2. Anak didik diposisikan sebagai objek pendidikan yang sedang megalami
perkembagan jasmani da rohani dengan potensinya yang bersifat fitrah.
Perkembangan itu hanya bisa optimal bila dilakukan dengan proses
pendidikan yang berkesinambungan dan menggunakan metode konvergensi akan
menghasilkan hasil yang optimal.
3. Alat pendidikan adalah sarana yang penting dalam menunjang mutu
pendidikan. Dalam pendidikan Islam, alat pendidikan bisa berupa fisik
atau non-fisik yang terseleksi mana yang lebih berguna. Disamping itu
harus mengandung nilai efektif dan efisien yang diperoleh secara halal
sesuai dengan norma-norma Islam.
4. Lingkungan yang bersinggungan langsung dengan anak didik sangat
mempengaruhi anak didik. Untuk itu lingkungan yang baik adalah
lingkungan yang bersifat mendidik dan bisa memperlancar jalannya
pendidikan dehingga cita-cita pendidikan dapat terwujud.
5. Tujuan pendidikan Islam adalah suatu cita-cita yang dirumuskan bagi
keberlangsungan anak didik masa depan. Sehingga tujuan pendidikan Islam
harus berorientasi pada peningkatan keimanan dan ketakwaan untuk
menghasilkna muslim yang baik sehingga bahagia dunia akhirat.
c. Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Spiritual
1. Dalam pandangan agama manusia diberi dua pilihan yaitu jalan sesat
yang mejerumuskan ke jurang nista dan jalan kebenaran yang menuntun
manusia menuju keridhaan Alloh. Sehingga merasakan bahagia
dunia-akhirat.
2. Proses pendidikan harus mengarahkan peserta didik menjadi manusia
yang dedikatif dan berserah diri kepada Alloh. Materi pendidikan harus
mengarahkannya dari asal-usul manusia sehingga dia akan mengerti arti
hidup.
3. Kurikulum materi pendidikan harus mengandung nilai-nilai Islami.
4. Strategi operasional pendidikan adalah meletakkan anak didik dalam posisi pendidikan seumur hidup.
d. Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Historis.
Dilihat dari segi historis ada empat aspek ciri pokok perkembangan
pendidikan yang releven, sejalan dan seirama, yaitu ideal,
institusional, dan materiil. Ada tiga aspek pendidikan dengan pendekatan
sejarah, secara pedagogis anak didik diletakkan pada posisi sentral
untuk mengembangnkan kemampuan menciptakan hidup bernilai sejarah dengan
mengkaji sejarah masa lalu. Secara kurikuler anak didik dikenalkan
pasang surut kehidupan , positif-negatifnya dan tokoh-tokoh sejarah.
Sedangkan secara epistemologi anak diarahkan menangkap makna kehidupan
sejarah. Sehingga bisa mengaktualisasikan dalam kehidupannya.
Karakteristik historis pendidikan Islam:
1. Masa Nabi: berorientasi pada pengajaran tauhid dan berbentuk halaqah
2. Sahabat: berbentuk halaqah dan pendidikan diserahkan pada oangtua anak
3. Masa kerajaan: mengalami perubahan dengan bertambah luasnya daerah
dan pengaruh dari luar arab. Muncul madrasah-madrasah yang
operasionalnya berbeda setiap daerah.
4. Kemunduran: pendidikan mengalami kemunduran seiring dengan
tertutupnya pintu ijtihad. Disamping itu karena semua wilayah Islam
terjajah bangnsa barat jadi pendidikan pun tak terurus.
5. Kemerdekaan: dengan bangkitnya umat Islam dan banyaknya ilmuwan
muslim yang bangkit, pintu ijtihad terbuka kembali pendidikan pun mulai
bangkit kembali. Pendidikan yang dulu hanya berorientasi pada agama
mulai memasukkan ilmu pengetahuan sekuler dalam kurikulum pendidikan.
I. MATERI PENDIDIKAN ISLAM
Para tokoh pendidikan Islam masa lalu membagi ilmu menjadi beberapa
bagian. Al-Farabi membagi materi menjadi ilmu bahasa, sains persiapan,
fisika dan metafisika, dan ilmu kemasyarakatan. Ibnu Kholdun membagi
menjadi ilmu syariah, filsafat, ilmu alat yang membantu agama dan ilmu
alat yang membantu faldafah. Sedangkan secara umum al-Ghazali membagi
menjadi ilmu fardu ‘ain (agama: al-qur’an, hadits dan ilmu bahasa) dan
fardu kifayah (dunia: sains dan sosial). Dan Ibnu Sina membagi menjadi
ilmu teori (mipa dan ) dan ilmu praktik (akhlak dan politik).
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. mengandung materi yang berfungsi mampu membantu siswa untuk mencapai tujuan hidup Islami
2. mengandung tata nilai Islam secara intrinsik dan ekstrinsik sehingga mampu merealisasikan tujuan pendidikan Islam
3. metode sesuai dengan pendidikan Islam
4. kurikulum, metode dan tujuan harus saling berkaitan agar seimbang.
Beberapa kategori kurikulum pendidikan islam:
1. ilmu dasar yang membahas al-Qur’an dan Hadits
2. ilmu sosial yang membahas kemasyarakatan
3. ikmu alam yang termasuk ilmu pasti dan teori
J. METODE DALAM PROSES PENDIDIKAN ISLAM
Banyak sekali prinsip dalam al-Quran yang bisa dijadikan metode dalam pengajaran, diantaranya adalah:
1. metode suasana gembira (QS. Al-Baqarah: 25 dan 185)
2. metode lemah lembut (QS. Al-Imran: 159)
3. metode bermakna (QS. Muhammad: 16)
4. metode prasyarat atau muqadimah (QS.Al-Baqaah: 1-2)
5. metode komunikasi terbuka (QS. Al-A’raf: 179)
6. metode memberikan pengetahuan baru (QS. Al-Baqarah: 164 dan Al-Fushilat: 153)
7. metode uswatun hasanah (QS. Al-Ahzab: 21)
8. metode praktek atau pengamatan aktif (QS. As-Shof: 2-3 dan Al-Baqarah: 25)
9. metode bimbingan, penyuluhan dan kasih sayang (QS. Al-Anbiya’: 107 dan An-Nahl: 25)
10. metode cerita (QS. Al-A’raf: 176)
11. metode perumpamaan (QS. Ibrahim: 18)
12. metode hukuman dan hadiah (QS. Al-Ahzab: 72-73)
K. EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
Secara garis besar evaluasi pendidikan Islam meliputi kemampuan dasar anak didik, yaitu:
1. sikap dan pengamalan pribadinya, hablu minalloh
2. sikap dan pengamalan dirinya, hablu minannas
3. sikap dan pengamalan kehidupannya, hablu minal ‘alam
4. sikap dan pandangannya sebagai ‘abd, khalifah dan anggota masyarakat.
Berbagai contoh eveluasi Tuhan dalam pendidikan:
1. mengetahui kesabaran (QS. Al-Baqarah: 155)
2. mengetahui bersukur atau kufur terhadap Tuhan (QS. An-Naml: 40)
3. mengetahui kejujuran (QS. An-Naml: 27)
4. mengetahui ketaatan terhadap Tuhan (QS. As-Shoffat: 103, 106 dan 107)
Perbedaan evaluasi Alloh dengan Nabi adalah jika Alloh lebih
menitikberatkan pada sikap, perasaan, dan pengetahuan manusia. Sedangkan
Nabi lebih menitikberatkan pada kemampuan dan kesedian manusia
mengamalkan ajaran-Nya.
Fungsi evaluasi pendidikan adalah untuk mengidentifikasi dan merumuskan
jarak dari saasaran pokok kurikulum secara komprehensif, penetapan bagi
tingkah laku apa yang harus direalisasikan oleh siswa dan meyeleksi
atau membentuk instrumen yang valid, terpercaya dan praktis untuk meniai
sasaran utama proses pendidikan atau ciri khusus perkembangan dan
pertumbuhan anak didik.
Jenis-jenis evaluasi:
1. formatif: menetapkan tingkat penguasaan peserta didik dan menentukan bagian tugas yang belum dikuasai
2. sumatif: penilaian secara umum tentang keseluruhan hasil belajar mengajar yang dilakukan setiap akhir periode
3. diagmatis: penilaian yang dipusatkan pada proses belajar megajar dengan melokalisasikan suatu titik awal yang sama.